Pengikut

Senin, 06 Maret 2017

Kesunyian Yiruma

Aku merasa menikmati kesunyian untuk maybe karya Yiruma

Aku merasa menikmati kesunyian, masuk ke kedalaman yang dibicarakan, namun tidak terhempas. ada jarak yang cukup lapang, aku tetap bisa melihat diriku disana dengan sejernih-jernihnya

Disaat yang sama aku juga bisa menyentuh diriku dalam terpaan suasana yang padat; aku hilang tapi terkendali. Bukan lenyap, lebih pada keberadaan dalam bentuk lain. (Ada dalam bentuknya yang berbeda) Sehingga orang seperti tidak mengenali; merasa asing. Sementara aku bisa tumbuh leluasa, bisa menatap tanpa merisaukan tatapan, bisa bertepuk tangan dalam keheningan. Keterbatasan kemudian hanya aku sendiri yang memahami. Di saat yang sama, kelebihan juga aku sendiri yang memahami. Banyak orang di sekitarku; tapi mereka tidak melihat; ada tembok yang membatasi, sehingga tak tersentuh, sehingga ruangan itu sebenarnya hanya milikku seorang.

Minggu, 19 Februari 2017

Bayang Kehidupan

Saya tidak pernah membayangkan bahwa kehidupan saya akan sebegitu membahagiakannya -abadi bahkan seperti tidak peduli waktu.

Yang saya bayangkan sebelumnya ialah bahwa kehidupan saya kemudian akan tercecer di mana-mana, pendakian yang berat dengan jalan yang teramat terjal, berat beban yang teramat jahat, belum usikan yang melulu bikin perasaan ngilu.

Terkadang di balik segenap kenyataan ini, kehidupan kita justru lebih sering berkutat  di seputar bayang-bayang.

Berbeda

Ada orang yg dari awal memutuskan satu tujuan dan sepenuh hidupnya digunakan untuk memperoleh tujuan itu. Ketika tujuan telah ia peroleh. Hidup baginya telah selesai.

Ada pula orang yg tak menentukan tujuan apapun, namun ketika ia berada di satu jalan dan ia merasa nyaman. Ia berupaya untuk mempertahankan jalan itu sehingga sepenuh hidupnya dilalui di sana. Hidup selesai di jalur yang membuatnya nyaman.

Sementara itu ada pula orang yang tak memiliki tujuan dan menjalani hidup dengan tanpa tujuan. Baginya hidup adalah improvisasi. Menikmati pertemuan-pertemuan tak terduga, berjalan, berlari tanpa arah, lelah, dan kadang surut, semua itu ia jalani dengan setia. Semata-mata hanya untuk menjalani dan menjalani hidup.

Saya tetiba teringat tokoh dalam satu cerita yang hidup mengembara ke penjuru negeri. Dari pulau jawa menuju Sriwijaya lalu semakin ke atas hingga sampai di Tiongkok dan menelusuri jalan sutra menuju lembah-lembah di negeri Tibet untuk kemudian kembali lagi ke pulau Jawa. Hidup baginya adalah perjalanan, pertemuan;perpisahan, menjalani dan menjalani. Meski demikian, ia tidak pernah melepas tujuan pribadi untuk senantiasa belajar dan belajar. Baginya manusia sejati ialah ia yang selalu rendah hati dihadapan kenyataan. Ia, kesejatian hidup, kebenaran, merupakan proses pergulatan dan pencarian yang tidak pernah berakhir. Termasuk pula tujuan hidup dan kehidupan itu sendiri, baginya Ialah pergulatan dan pencarian yg tiada pernah ada akhir. Memutuskan satu dan menganggapnya sebagai kebenaran adalah kesalahan tak termaafkan.

Yang Ia tau ialah bahwa manusia memiliki tugas untuk membuka tempurung kepalanya seluas-luasnya melalui perjalanan dan pembacaan. Dengan terbuka ia semakin mendalami hidup. Hidup untuk memahami hidup. Bukan hidup untuk memburu hidup.

Sabtu, 18 Februari 2017

Aku Ingin Menjadi Penyair

Merangkai gagasan dalam jemari kerdil dengan lincah dan tak terbatas
Membahas ini itu setiap kali bersitan muncul tanpa ketakutan karena hidup sudah ia tatap sedari lahir

Wajah nasib, begitu banyak orang hindari, justru ia cium dan nafasnya ia hirup tanpa  khawatir apalagi risih sebab kiasan telah memberinya jembatan untuk menyeberangi kenyataan

Aku ingin menjadi penyair
Yang memberi kesempatan jiwa-jiwa kebisuan menyuara dalam rimba kenestapaan
Membirukan langit yang berarak dan menajamkan mata hati yang kehilangan tatapannya

Ada kalanya ia cukup duduk di bawah pohon yang rindang untuk tau bahwa ia menua dan bermakna
Ada kalanya ia cukup di dalam kamar karena ia pengembara sekaligus petapa

Lukisan alam dan jiwa-jiwa yang hidup lainnya menjadi pendamping yang setiap saat bisa ia ajak bercanda,
Kata-kata yang menyusun dunia bisa ia permainkan karena mereka lebih jauh dari sekadar teman

Aku ingin menjadi penyair
Yang memberikan sejuta tanda tanya dan kemungkinan jawaban sebab hidup harus diurai dan dijalani dengan seksama

Aku ingin menjadi penyair
Yang alur hidupnya begitu menggetarkan, meskipun kemudian lenyap dalam ketiadaan

Aku ingin menjadi penyair
Sebab ia rela tertawan kehidupan namun  berhasil berkali-kali meloloskan diri.

Sempat

Ketika suatu hari aku berkunjung ke tempatmu aku hanya menemukan keberadaan bahwa aku sempat berada di situ. Terbersit waktu itu bahwa ada kemungkinan kalau aku akan berada di situ dalam keabadian yang paling utuh. Dalam kesempurnaan yang tiada tara bahkan tidak memungkinkan adanya lubang sekecil-apapun. Artinya, ada bayangan yang ideal waktu itu tentang tempat itu.

Kemudian ketika aku mulai menjauh, menghapus ingatan tentang tempat itu perlahan-lahan, muncul pikiran baru bahwa tempat itu tiada lain hanyalah satu dari ribuan tempat indah yang pernah ada.

Sesekali ada dorongan baik dari dalam maupun dari luar bahwa aku perlu menjenguk; melihat sekilas tempat itu dan memastikan bahwa pikiran baru ku itu masih bisa diterima akal sehat. Dan sesekali memang aku ke sana melihat tempat mu dan memandangi setiap inci dari kenyataan yang teresap oleh indera.

Memang diakui bahwa tempatmu ialah satu di antara tempat yang memberi banyak peran. Memungkinkan tumbuh dan berkembang dalam pengertian yang paling khusus. Hanya saja aku tidak bisa mengambil alih seluruh ruang hidupku hanya dengan berada di situ dalam keabadian waktu. Aku harus terus pergi dari satu tempat ke tempat lain dan mungkin hanya sesekali kembali, itupun bukan dalam pengertian "kembali" secara literal: tetapi hanya sekadar menjenguk "oh aku sempat di sana", demikian seterusnya.

Ada satu dorongan yang melebihi kekuatan apapun untuk aku harus selalu pergi dari satu tempat ke tempat lain. Membandingkannya tanpa menaruh sikap dan penilaian yang mutlak, dan hanya memandang lalu menyimpulkan bahwa begitu banyak hal yang ada di luar diri kita. Ada keluasan semesta yang melebihi apapun termasuk pikiran dan perasaan kita. Aku hanya seutas kapas dibanding keseluruhan itu.

Terkadang dalam perahu kecil ketika aku di tengah samudra dan memandang hamparan langit yang maha luas; aku membayangkan bagaimana kehidupan semua orang di tempat yang pernah aku singgahi itu. Ada kerinduan yang kemudian melekat. Tetapi aku hanya perlu memastikan ulang bahwa masih banyak tempat lain yang harus aku singgahi.

Dunia begitu luas, ada banyak tempat, tetapi waktu selalu terbatas, aku memilih menerjang menggapai semua tempat dan menutup dorongan rindu termasuk tempat dimana kamu berada dan kita pernah satu sama lain bertatap muka.

Sekarang aku pastikan pagi terbuka seperti biasanya, dan aku memilih melangkahkan kaki. Barangkali tanpa perlu menoleh ke belakang.

Ketidak Pastian

Kita tak pernah tau siapa yang akan ditinggalkan, siapa yang akan meninggalkan, termasuk juga kapan akan ditinggalkan, dan kapan akan meninggalkan. sehingga yang kemudian saya pegang ialah ketidakpastian. Bahkan saya kemudian menjauh dari yang pasti-pasti, meninggalkan yang pasti-pasti. Dengan demikian, kehidupan ini dengan segala yang semestinya, saya lalui dengan penuh kegembiraan. Saya bebas mereka-reka, dan bebas mempertanyakan dengan sepenuh hati, kemanakah sungai kehidupan saya kemudian akan mengalir...

Titik Itu?

Beberapa hari ini saya membayangkan mengenai konsep hidup "memulai dari 0". 0 dalam arti yang paling nyata. Kosong, tak berisi, dan segala yang ada, baik konsep-konsep, kenangan, masa silam lengkap dengan peristiwa di dalamnya lenyap tak ada satu pun yang tersisa.

Lalu, saya pun mengawalinya dengan memulai langkah pertama, memulai tatapan pertama, memulai nafas pertama; seperti tidak pernah ada nafas, tatapan, maupun langkah sebelumnya. Dunia menjadi tampak baru; terlihat aneh, asing, lucu tetapi sekaligus menawan mengasyikkan, dan mengejutkan. Saya pun kemudian perlu berkenalan; saya perlu menyentuhnya, dan saya perlu menapaki segala sesuatu itu.

Kemudian dalam bayangan saya akan ada konsep baru dan cara pandang baru seperti; langkah kaki orang terlihat indah seperti tarian, suara dan kata-kata orang terdengar indah seperti puisi dan lagu-lagu, begitu pula dengan rumah, jalan raya, bahkan lampu-lampu kota seperti penciptaan estetis yang luar biasa. Segala sesuatu yang biasa, rutin, dan membosankan menjadi tampak menyegarkan, dan baru.

Apakah menghapus yang lalu dan memulai babak baru demikian hanyalah mimpi ilusif yang tidak pernah mungkin? Jika tidak bagaimana caranya?