Pengikut

Sabtu, 18 Februari 2017

Sempat

Ketika suatu hari aku berkunjung ke tempatmu aku hanya menemukan keberadaan bahwa aku sempat berada di situ. Terbersit waktu itu bahwa ada kemungkinan kalau aku akan berada di situ dalam keabadian yang paling utuh. Dalam kesempurnaan yang tiada tara bahkan tidak memungkinkan adanya lubang sekecil-apapun. Artinya, ada bayangan yang ideal waktu itu tentang tempat itu.

Kemudian ketika aku mulai menjauh, menghapus ingatan tentang tempat itu perlahan-lahan, muncul pikiran baru bahwa tempat itu tiada lain hanyalah satu dari ribuan tempat indah yang pernah ada.

Sesekali ada dorongan baik dari dalam maupun dari luar bahwa aku perlu menjenguk; melihat sekilas tempat itu dan memastikan bahwa pikiran baru ku itu masih bisa diterima akal sehat. Dan sesekali memang aku ke sana melihat tempat mu dan memandangi setiap inci dari kenyataan yang teresap oleh indera.

Memang diakui bahwa tempatmu ialah satu di antara tempat yang memberi banyak peran. Memungkinkan tumbuh dan berkembang dalam pengertian yang paling khusus. Hanya saja aku tidak bisa mengambil alih seluruh ruang hidupku hanya dengan berada di situ dalam keabadian waktu. Aku harus terus pergi dari satu tempat ke tempat lain dan mungkin hanya sesekali kembali, itupun bukan dalam pengertian "kembali" secara literal: tetapi hanya sekadar menjenguk "oh aku sempat di sana", demikian seterusnya.

Ada satu dorongan yang melebihi kekuatan apapun untuk aku harus selalu pergi dari satu tempat ke tempat lain. Membandingkannya tanpa menaruh sikap dan penilaian yang mutlak, dan hanya memandang lalu menyimpulkan bahwa begitu banyak hal yang ada di luar diri kita. Ada keluasan semesta yang melebihi apapun termasuk pikiran dan perasaan kita. Aku hanya seutas kapas dibanding keseluruhan itu.

Terkadang dalam perahu kecil ketika aku di tengah samudra dan memandang hamparan langit yang maha luas; aku membayangkan bagaimana kehidupan semua orang di tempat yang pernah aku singgahi itu. Ada kerinduan yang kemudian melekat. Tetapi aku hanya perlu memastikan ulang bahwa masih banyak tempat lain yang harus aku singgahi.

Dunia begitu luas, ada banyak tempat, tetapi waktu selalu terbatas, aku memilih menerjang menggapai semua tempat dan menutup dorongan rindu termasuk tempat dimana kamu berada dan kita pernah satu sama lain bertatap muka.

Sekarang aku pastikan pagi terbuka seperti biasanya, dan aku memilih melangkahkan kaki. Barangkali tanpa perlu menoleh ke belakang.

2 komentar: