Pengikut

Senin, 06 Maret 2017

Kesunyian Yiruma

Aku merasa menikmati kesunyian untuk maybe karya Yiruma

Aku merasa menikmati kesunyian, masuk ke kedalaman yang dibicarakan, namun tidak terhempas. ada jarak yang cukup lapang, aku tetap bisa melihat diriku disana dengan sejernih-jernihnya

Disaat yang sama aku juga bisa menyentuh diriku dalam terpaan suasana yang padat; aku hilang tapi terkendali. Bukan lenyap, lebih pada keberadaan dalam bentuk lain. (Ada dalam bentuknya yang berbeda) Sehingga orang seperti tidak mengenali; merasa asing. Sementara aku bisa tumbuh leluasa, bisa menatap tanpa merisaukan tatapan, bisa bertepuk tangan dalam keheningan. Keterbatasan kemudian hanya aku sendiri yang memahami. Di saat yang sama, kelebihan juga aku sendiri yang memahami. Banyak orang di sekitarku; tapi mereka tidak melihat; ada tembok yang membatasi, sehingga tak tersentuh, sehingga ruangan itu sebenarnya hanya milikku seorang.

Minggu, 19 Februari 2017

Bayang Kehidupan

Saya tidak pernah membayangkan bahwa kehidupan saya akan sebegitu membahagiakannya -abadi bahkan seperti tidak peduli waktu.

Yang saya bayangkan sebelumnya ialah bahwa kehidupan saya kemudian akan tercecer di mana-mana, pendakian yang berat dengan jalan yang teramat terjal, berat beban yang teramat jahat, belum usikan yang melulu bikin perasaan ngilu.

Terkadang di balik segenap kenyataan ini, kehidupan kita justru lebih sering berkutat  di seputar bayang-bayang.

Berbeda

Ada orang yg dari awal memutuskan satu tujuan dan sepenuh hidupnya digunakan untuk memperoleh tujuan itu. Ketika tujuan telah ia peroleh. Hidup baginya telah selesai.

Ada pula orang yg tak menentukan tujuan apapun, namun ketika ia berada di satu jalan dan ia merasa nyaman. Ia berupaya untuk mempertahankan jalan itu sehingga sepenuh hidupnya dilalui di sana. Hidup selesai di jalur yang membuatnya nyaman.

Sementara itu ada pula orang yang tak memiliki tujuan dan menjalani hidup dengan tanpa tujuan. Baginya hidup adalah improvisasi. Menikmati pertemuan-pertemuan tak terduga, berjalan, berlari tanpa arah, lelah, dan kadang surut, semua itu ia jalani dengan setia. Semata-mata hanya untuk menjalani dan menjalani hidup.

Saya tetiba teringat tokoh dalam satu cerita yang hidup mengembara ke penjuru negeri. Dari pulau jawa menuju Sriwijaya lalu semakin ke atas hingga sampai di Tiongkok dan menelusuri jalan sutra menuju lembah-lembah di negeri Tibet untuk kemudian kembali lagi ke pulau Jawa. Hidup baginya adalah perjalanan, pertemuan;perpisahan, menjalani dan menjalani. Meski demikian, ia tidak pernah melepas tujuan pribadi untuk senantiasa belajar dan belajar. Baginya manusia sejati ialah ia yang selalu rendah hati dihadapan kenyataan. Ia, kesejatian hidup, kebenaran, merupakan proses pergulatan dan pencarian yang tidak pernah berakhir. Termasuk pula tujuan hidup dan kehidupan itu sendiri, baginya Ialah pergulatan dan pencarian yg tiada pernah ada akhir. Memutuskan satu dan menganggapnya sebagai kebenaran adalah kesalahan tak termaafkan.

Yang Ia tau ialah bahwa manusia memiliki tugas untuk membuka tempurung kepalanya seluas-luasnya melalui perjalanan dan pembacaan. Dengan terbuka ia semakin mendalami hidup. Hidup untuk memahami hidup. Bukan hidup untuk memburu hidup.

Sabtu, 18 Februari 2017

Aku Ingin Menjadi Penyair

Merangkai gagasan dalam jemari kerdil dengan lincah dan tak terbatas
Membahas ini itu setiap kali bersitan muncul tanpa ketakutan karena hidup sudah ia tatap sedari lahir

Wajah nasib, begitu banyak orang hindari, justru ia cium dan nafasnya ia hirup tanpa  khawatir apalagi risih sebab kiasan telah memberinya jembatan untuk menyeberangi kenyataan

Aku ingin menjadi penyair
Yang memberi kesempatan jiwa-jiwa kebisuan menyuara dalam rimba kenestapaan
Membirukan langit yang berarak dan menajamkan mata hati yang kehilangan tatapannya

Ada kalanya ia cukup duduk di bawah pohon yang rindang untuk tau bahwa ia menua dan bermakna
Ada kalanya ia cukup di dalam kamar karena ia pengembara sekaligus petapa

Lukisan alam dan jiwa-jiwa yang hidup lainnya menjadi pendamping yang setiap saat bisa ia ajak bercanda,
Kata-kata yang menyusun dunia bisa ia permainkan karena mereka lebih jauh dari sekadar teman

Aku ingin menjadi penyair
Yang memberikan sejuta tanda tanya dan kemungkinan jawaban sebab hidup harus diurai dan dijalani dengan seksama

Aku ingin menjadi penyair
Yang alur hidupnya begitu menggetarkan, meskipun kemudian lenyap dalam ketiadaan

Aku ingin menjadi penyair
Sebab ia rela tertawan kehidupan namun  berhasil berkali-kali meloloskan diri.

Sempat

Ketika suatu hari aku berkunjung ke tempatmu aku hanya menemukan keberadaan bahwa aku sempat berada di situ. Terbersit waktu itu bahwa ada kemungkinan kalau aku akan berada di situ dalam keabadian yang paling utuh. Dalam kesempurnaan yang tiada tara bahkan tidak memungkinkan adanya lubang sekecil-apapun. Artinya, ada bayangan yang ideal waktu itu tentang tempat itu.

Kemudian ketika aku mulai menjauh, menghapus ingatan tentang tempat itu perlahan-lahan, muncul pikiran baru bahwa tempat itu tiada lain hanyalah satu dari ribuan tempat indah yang pernah ada.

Sesekali ada dorongan baik dari dalam maupun dari luar bahwa aku perlu menjenguk; melihat sekilas tempat itu dan memastikan bahwa pikiran baru ku itu masih bisa diterima akal sehat. Dan sesekali memang aku ke sana melihat tempat mu dan memandangi setiap inci dari kenyataan yang teresap oleh indera.

Memang diakui bahwa tempatmu ialah satu di antara tempat yang memberi banyak peran. Memungkinkan tumbuh dan berkembang dalam pengertian yang paling khusus. Hanya saja aku tidak bisa mengambil alih seluruh ruang hidupku hanya dengan berada di situ dalam keabadian waktu. Aku harus terus pergi dari satu tempat ke tempat lain dan mungkin hanya sesekali kembali, itupun bukan dalam pengertian "kembali" secara literal: tetapi hanya sekadar menjenguk "oh aku sempat di sana", demikian seterusnya.

Ada satu dorongan yang melebihi kekuatan apapun untuk aku harus selalu pergi dari satu tempat ke tempat lain. Membandingkannya tanpa menaruh sikap dan penilaian yang mutlak, dan hanya memandang lalu menyimpulkan bahwa begitu banyak hal yang ada di luar diri kita. Ada keluasan semesta yang melebihi apapun termasuk pikiran dan perasaan kita. Aku hanya seutas kapas dibanding keseluruhan itu.

Terkadang dalam perahu kecil ketika aku di tengah samudra dan memandang hamparan langit yang maha luas; aku membayangkan bagaimana kehidupan semua orang di tempat yang pernah aku singgahi itu. Ada kerinduan yang kemudian melekat. Tetapi aku hanya perlu memastikan ulang bahwa masih banyak tempat lain yang harus aku singgahi.

Dunia begitu luas, ada banyak tempat, tetapi waktu selalu terbatas, aku memilih menerjang menggapai semua tempat dan menutup dorongan rindu termasuk tempat dimana kamu berada dan kita pernah satu sama lain bertatap muka.

Sekarang aku pastikan pagi terbuka seperti biasanya, dan aku memilih melangkahkan kaki. Barangkali tanpa perlu menoleh ke belakang.

Ketidak Pastian

Kita tak pernah tau siapa yang akan ditinggalkan, siapa yang akan meninggalkan, termasuk juga kapan akan ditinggalkan, dan kapan akan meninggalkan. sehingga yang kemudian saya pegang ialah ketidakpastian. Bahkan saya kemudian menjauh dari yang pasti-pasti, meninggalkan yang pasti-pasti. Dengan demikian, kehidupan ini dengan segala yang semestinya, saya lalui dengan penuh kegembiraan. Saya bebas mereka-reka, dan bebas mempertanyakan dengan sepenuh hati, kemanakah sungai kehidupan saya kemudian akan mengalir...

Titik Itu?

Beberapa hari ini saya membayangkan mengenai konsep hidup "memulai dari 0". 0 dalam arti yang paling nyata. Kosong, tak berisi, dan segala yang ada, baik konsep-konsep, kenangan, masa silam lengkap dengan peristiwa di dalamnya lenyap tak ada satu pun yang tersisa.

Lalu, saya pun mengawalinya dengan memulai langkah pertama, memulai tatapan pertama, memulai nafas pertama; seperti tidak pernah ada nafas, tatapan, maupun langkah sebelumnya. Dunia menjadi tampak baru; terlihat aneh, asing, lucu tetapi sekaligus menawan mengasyikkan, dan mengejutkan. Saya pun kemudian perlu berkenalan; saya perlu menyentuhnya, dan saya perlu menapaki segala sesuatu itu.

Kemudian dalam bayangan saya akan ada konsep baru dan cara pandang baru seperti; langkah kaki orang terlihat indah seperti tarian, suara dan kata-kata orang terdengar indah seperti puisi dan lagu-lagu, begitu pula dengan rumah, jalan raya, bahkan lampu-lampu kota seperti penciptaan estetis yang luar biasa. Segala sesuatu yang biasa, rutin, dan membosankan menjadi tampak menyegarkan, dan baru.

Apakah menghapus yang lalu dan memulai babak baru demikian hanyalah mimpi ilusif yang tidak pernah mungkin? Jika tidak bagaimana caranya?

Selasa, 07 Februari 2017

Malam Kelabu

Tepat pukul 00:00 WIB tanpa bintang, tanpa bulan. Keadaan sekitar gelap sekali, hening tanpa ada suara germecik sedikit pun. Aku mencoba menyalakan tombol on pada saklar lampu rumah ku namun tak kunjung menyala, ku coba melangkah ke sisi rumah ku namun tak kunjung nyala. Hmm, mata ku seakan lirih tanpa melihat cahaya di arah manapun. Selagi, aku masih menyelusuri seluruh ruangan ku cari di sudut demi sudut ruangan di rumah ku ke tekan tombol turn on namun masih saja tidak mau menyala, ku coba untuk meraba mengarah ke pintu keluar, tetap saja yang ku lihat hanya kegelapan tanpa cahaya sedikit pun. Gumersak angin bersiul kencang, kencang sekali. Seakan memberikan pertanda, dimana aku?

Jumat, 27 Januari 2017

Stone

Stone is very hard and can be destroyed with a powerful things. Why did it happened? It is as same as the brain, when I held fast to what I want. I will always consistent with what I want. I had ignored around, I did not care another opinion. I just consider the illusion and I would prefer my mind talked than theirs, until they have question with me, such as;

Brain: Helo man, you had not heard them.

Me: Why? They are important to me.

Brain: You should consistant with what you want, they just broke you.

me: I can not life without them

brain: Really? You can do all things what you want without them. It is up to you!

It seems hard, and difficult. But, to destroyed  the brain you must feel lost as your important people had dead.

Kamis, 26 Januari 2017

22 Januari 2017

Pagi ini Jakarta, 22 Januari 2017. aku berencana menemui salah satu perkumpulan, dan perkumpulan ini sudah tidak di ragukan lagi keberadaannya memiliki banyak cabang di setiap bagianya. Yang ada dibenak ku hanya menarik atau mencuri sebagian fikiran orang saja, ternyata benar sekali aku menemui beberapa bagian yang ingin aku curi dari beberapa pemikiran dan karakteristik seseorang yang aku temui aku dapat mencuri nya satu per satu dan tumbuh besar dipikiran ku. Entah mengapa mereka membiarkannya saja aku mencuri nya, mungkin lebih dari itu aku garap semua isi kepalanya sampai ke telapak kakinya. Aku mendapatkan segala pertentangan yang ada, naluri ku memasuki aliran darahnya dengan mudah. Terima kasih sudah menjadi bagian dari aku dan aku untuk aku lalu kalian dan kalian. Kalian? Yang telah ku rasuki alam sadar nya.

Senin, 23 Januari 2017

Penantian Sia-sia

Waktu sudah menunjukkan 15.00 WIB, Fazrin tak sabar untuk menjemput kekasihnya. Ia bernama Dewi, lagi-lagi Fazrin gelisah dan lebih memilih tertidur untuk mematikan rasa kegelisahan yang ia rasakan. Saat itu adzan berkumandang, memang sudah masuk sholat ashar, meskipun pria berjenggot dan berbadan kekar itu gelisah karena rasanya ingin berprotes pada detik yang lama sekali menyampaikan pesan pada menit dan menit yang mendistribusikan melalui jam nampaknya ia merasa tidak terkendali dan langkahnya ia torehkan menuju mesjid dekat rumahnya untuk memedamkan amarah yang timbul sejak tadi. Sampai pada akhirnya... Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, pertanda Fazrin harus menuju ke pusat perbelanjaan yang mewah dan megah serta terkenal di kota itu yang menjadi tempat Dewi (kekasihnya). Nampak mimik Fazrin berubah riang, hingga hanya membutuhkan beberapaa menit sekitar 15menit ia sampai dan menunggu di depan pusat perbelanjaan itu yang tanpa kesunyian sama sekali. Waktu masih menunjukkan 8.15 sedangkan kekasihnya pulang tepat pukul 10 malam betapa setianya pria ini pada kekasihnya. Detik,menit, dan jam menjalakan tugasnya dengan rapih mereka berkontribusi dengan cepat, sampai Fazrin menengok jam dindingnya yang sudah menunjukkan jam 10 lalu mengirim pesan ke Dewi
"Sayang aku sudah di depan ya." Tegurnya.

"Oke, tunggu sebentar ya aku ganti baju dulu." Jawab Dewi

Waktu berlalu begitu saja.

"Sayang, dimana? Kok lama sekali?" Sahut Fazrin

"Kayanya aku gak bisa bareng kamu deh, soalnya teman ku mau menginap dirumah ku dan dia bawa motor." Jawab Dewi

"Kok?"

"Iya maaf banget ya sayang..."

Fazrin hanya mengelus dada dan langsung meninggalkan pusat perbelanjaan itu lalu menuju kerumahnya

Sabtu, 21 Januari 2017

Lampu Rambu Lintas

Lampu kuning menyala, satu mobil di depan menambah kecepatan sebelum lampu merah menyala. Di tempat penyebrangan, sinyal berbentuk orang-orangan menyala hijau. Orang-orang yang menunggu mulai menyebrang jalan, menapaki garis-garis putih yang dicatkan ke permukaan aspal hitam yang tak ada kemiripannya sama sekali dengan zebra. Namun, itulah julukannya. Para pengendara mobil menahan kakinya yang tak sabar pada kopling, membiarkan mobil mereka siap siga; maju, mundur, serupa kuda yang mampu mengendus kelebat cambuk yang segera di sabetkan. Para pejalan kaki yang baru selesai menyebrang, tapi nyala lampu yang membolehkan mobil-mobil melaju akan tertunda beberapa detik. Sejumlah orang bersikeras bahwa penundaan ini, meski tampaknya amat spele, hanya perlu dilipatgandakan oleh ribuan lampu pengatur lalu lintas yang ada di kota dan perubahan berturut-turut tiga warnanya untuk menghassilkan salah satu penyebab paling serius terjadinya kemacetan lalu lintas. Istilah mutakhirnya, sumbatan leher botol.

Selasa, 17 Januari 2017

Apalah Dayaku?

Aku bersama teman-teman kampus ku siang ini, karena dosen yang mengajar tidak masuk hari ini. Aku dan teman-teman ku terbiasa menongkrong di basement kampus ku, dengan meja panjang yang menjadi bukti dari diskusi kita serta segelas kopi yang menghangatkan pembicaraan kita. Mereka memperbincangkan bola karena semalam ada pertandingan bola antara Barcelona Vs Real Madrid apalah daya aku yang tidak menyukai bola tidak ikut menimbrung bersama mereka aku hanya sibuk memainkan ponsel genggam ku. Setelah pembicaraan itu selesai, mereka memperbincangkan soal pelajaran di hari kemarin yang amat sangat rumit memiliki tugas yang cukup banyak apalah daya aku yang tidak masuk kemarin di karenakan kucing ku meninggal jadi aku hanya mendengarkannya lagi dan lebih memilih untuk membuka ransel ku dan menemukan satu novel yang lebih baik aku membaca ini ketimbang mendengarkan hal yang aku tidak tahu. Selesai mereka memperbincangkan soal pelajaran hari kemarin, mereka sekarang memperbincangkan soal liburan karena minggu depan adalah libur dan itu cukup panjang apalah daya aku yang tidak mempunyai banyak uang dan aku hanya bisa terdiam lalu melanjutkan membaca halaman selanjutnya.

Senin, 16 Januari 2017

Kesenangan Yang Tertunda?

Malam semakin larut besok adalah test terakhir ku di salah satu Universitas termahal dan terpopuler di negara tetangga itu, aku berada di hotel bintang 5 saat ini begitu megah ruangannya tiap kamar terlihat mempunyai identitas dan karakter yang kuat. Tebing besar sudah tak asing aku liht di sudut ruangan hotel mewah ini. Aku masih sibuk menyiapkan bahan pelajaran yang aku sendiri hanya menerka nerka soalnya akan seperti apa, imajinasi ku bermain main malam ini di tambah di iringi melodi indah dari Yiruma berjudul "Wait There" membungkam semua menjadi asyik tidak ku hiraukan lagi jam dinding yang terus berdetak, retina ku semakin menguat layaknya sudah menenggak satu lusin kopi pahit buatan ku sendiri nampak berbeda pada malam ini, sampai pada akhirnya aku menatap ke jam dinding itu yang seakan berteriak menyuruh ku tertidur dan tidak ku sangka sudah menunjukkan jam 5 pagi.. Betapa bodohnya aku? Langsung saja aku mandi dan menyiapkan semua perlangkapan untuk test ku pagi ini yang segera di mulai tepat pukul 7 pagi waktu sana. Hmmm, setelah aku mandi dan menyiapakan segala nya waktu sudah menunjukkan pukul 6 aku lalu berangkat menggunakan taxi dan tiba di calon kampus ku sebelum waktu yang di tentukan. Wah, semua nampak berkelas! Langsung aku mencari ruang test dan bertegur senyum setiap berhadapan dengan beberapa orang disana. Aku telah menemui ruangan test ku, kaki ku melangkah untuk mengawali dari badan ku suhu ruangan tib-tiba berubah, keringat dingin dan retina ku sedikit ingin mengajak ku kembali medengarkan shymponi indah milik Yiruma tetapi lain hal nya semalam ini justru antonimnya malah membuatku mengantuk!!! Pengawas ruangan itu sudah tiba, dan memberikan soal sertas kertas kosong untuk menjawab. Aku langsung menggarap semua soal tersebut dan mengumpulkan nya paling awal, dan pengawas itu bilang "Don't come back before you know about your score. The announcement will be display on afternoon at 12:00 ." sahutnya, "Oke,Sir. Thanks you!" jawab ku. Langsung saja aku menunggu dan duduk di pinggir ruangan depan lab bahasa Universitas ini. Waktu masih menunjukkan pukul 11.00, masih 1 jam lagi... dan akhirnya beramai-ramai orang menghampiri mading itu, mencari nama mereka aku yang terlalu percaya diri akan di terima hanya santai saja dan masih di tempat yang sama dan gaya yang sama. Dan pada beberapa menit kemudian jantung ku berdebar rasanya aku ingin tahu juga, sampai pada akhirnya aku diterima betapa senangnya aku dan aku meyiapkan beberapa persayaratan yang di perlukan aku kembali ke hotel mewah itu untuk mengambil, setibanya aku disana aku mencari ternyata berkas berkas yang telah aku siapkan sebeum pergi ke negara ini semua tertinggal tangisan ku tak terbendung harapan seakan musnah begitu saja. Aku yang sejak kemarin tidak menyentuh handphone ku mencari nya ternyata masih di dalam koper ku dan sudah banyak panggilan tak terjawab dari orang tua ku ternyata ingin memberi tahu soal berkas ku yang ketinggalan itu...
Betapa menyesal nya aku, kejanggalan atau cobaan seperti ini sangat menjadi pengalaman terbaik ku karena disetiap sisi kehidupan selalu mempunyai ruang dan ruang itu hanya mempunyai 2 sisi. Coba amatilah sisi-sisi di kehidupan mu sebelum semua terlambat.

Titik Kosong

Ketika aku berada di titik yang membuatku; jenuh, kosong, dan nampak berbeda yang ku namai titik 0 dimana semua angan dan pencapaian ku terasa sia-sia dimana aku tak ingin bercengkrama dengan satu orang pun. Titik dimana air mata turun berjatuhan di temani derasnya air hujan. Titik dimana aku berada di persimpangan jalan yang hening tak nampak seperti biasanya dan segelas kopi yang membenciku mungkin asap yang keluar tak terasa sekali aromanya. Titik yang membungkam seluruh badan ku, meraut di ruang asa ku terasa sekali kekosongan dan perandaian menjadi sebuah jawaban belaka diantara raut wajah yang merengiut di tambah populasi yang semakin tak karuan membuatku betah berlama-lama seakan di hujat oleh semut-semut yang bergandengan menuju titik dimana mereka tak pernah temukan sama sekali layaknya aku.

Minggu, 15 Januari 2017

Kejahatan Hujan

Mendung pesat, matahari di siang hari seakan takut akan kedatangannya.
Kecerian matahari berubah diganti oleh awan yang berkabut ditambah suara gemetar entah dari mana asalnya. Semua kegentiringan ini benar nyata adanya! Aku yang masih berada di bassement kampus ku tidak mengihraukan hal itu terjadi. sampai pada akhirnya rintikan itu datang berbarengan, mengoroyoki pepohonan, atap rumah, serta penghuni yang masih beralu lalang. Ia datang seakan berteriak resah dan memaki, merombak porandakan sekitar dengan teriakan yang terkadang terlihat ganas ditambah melodi angin yang memainkan tanpa henti dengan keras dan kencang, Hujan sangat jahat! Bagaikan pedofil ia murka, terlihat jelas sekali bahwa ia datang hanya membawa kepedihan semua diporandakan dan hancur tanpa memikirkan ancaman sekitar. Ia nampak jahat...jahat sekali!!!

Perjalananku Menuju Kampus

Pagi buta masih di iringi oleh suara merdu ayam ditambah matahari masih menyiapkan pakaian mewahnya yang akan ia kenakan dan aku sudah berangkat menuju ke kampus ku. Mengendarai sepeda motor ku, yang masih terlihat kotor dan menjijikan karena habis hujan kemarin aku belum sempat menyuci nya. Saat dijalan aku hampir menabrak kucing yang ingin menyebrang di jalan raya itu, karena aku hanya asik mendengarkan lagu di headphone ku dengan melodi yang indah dari Queen seakan memaksa ku menonton konsernya yang megah, mewah, dan berkelas. Dan lagi-lagi dijalan bensin ku ternyata habis, aku lupa mengisi nya karena kabel di dalam motor ada yang terputus sehingga aku harus mengecheck nya untuk tahu masih ada tidak bahan bakar pada motor butut ku ini dan terpaksa aku harus mendorongnya, pada saat mendorong aku melihat ada seorang pengemis tua yang terlihat kelelahan sekali lantas saja dengan sigap aku menegurnya "Bu,tunggu sebentar saya belikan minum dan makan untuk ibu. Tunggu sebentar disini ya." Tegur ku, ia hanya terdiam dan duduk sejenak di pinggir jalan raya yang kejam. "Ini buat ibu." Sambil ku  berikan satu buah nasi dan air mineral setelah itu ku tengok kearah gerobak yang ia kenakan, terkejut sekali ternyata ada seorang anak kecil yang cantik sedang tertidur. "Bu, itu anak ibu?" Tanya ku, tetapi ia masih diam dan ia memberikan suatu kode pada gerakan tubuh nya dan ternyata ia tuli, betapa malangnya ibu itu dan ia memilih melanjutkan perjalannya dan menganggukkan kepalanya kepada ku seakan ingin bilang terima kasih kepada ku, dan aku memutuskan untuk berjalan mendorong motor ku ini tidak membutuhkan waktu yang lama aku sudah tiba di pom bensin, terlihat ramai sekali pom bensin ini tidak seperti biasa karena aku suka melewati nya. Sesudahnya aku mengisi bensin aku meneruskan perjalanan ku menuju kampus baru ku untuk siap mengerjakan soal UAS ku. Sesampainya di kampus aku memakirkan motor ku di basement, dan ternyata sudah ada beberapa teman ku sedang asik mengobrol disana. Lalu ia memberi tahu, setibanya aku sampai dan bergabung di meja panjang yang menjadi tempat pembicaraannya. "Hari ini libur shen, dosen tidak masuk di ganti minggu depan." Ujar salah satu teman ku. "Wah, emang iya ya? Terima kasih info nya.

Lalu aku terdiam sejenak, memberi senyum lebar dan mengusap ke arah dada ku.

Dibalik Sebuah Awan

Siang ini mentari tertutup malu, awan mulai bersedih semua nampak berubah menjadi biru pesat namun tidak turun hujan atau bahkan rintihan tangisan nya tidak terlihat sama sekali.

Aku yang meratapi di balik jendela kamar ku, yang hanya berukuran kecil nampak seperti gudang: berantakan, kusam, dan kumuh.

Pertanyaan itu hadir, entah mulai dan tahu dari mana seakan-akan memerhatikan ku yang kini menatap nya tanpa memikirkan hal bising yang menggerumuh.

"Kamu tahu ada apa dibalik awan?" Tanya nya.

"Tidak tahu, memang kenapa?" Tanya ku balik

"Coba tutup mata mu, fikirkan hal apa saja yang telah aku lakukan di waktu yang lalu dan apa udah membuat orang tua mu bangga atau justru kebalikannya? Coba kamu renungkan." Sahut nya sambil memainkan biola yang ia pegang sejak tadi

Aku terdiam kaku, badan ku seakan membeku. Semua nampak menyakitkan, kekesalan ku sudah tak bisa dibendung. Sekarang kembali pertanyaan-pertanyaan pada diriku dan untuk diriku bermunculan entah dari mana asal nya. Setelah aku membuka kelopak mata ku, ia sudah pergi meninggalkan ku dan biola nya... Kemana ia?

Aku mencari nya sambil  berlari terlirih-lirih.

"Kemana dia......."

Ternyata dia meninggalkan surat yang menempal di belakang sudut biola nya.

Surat itu berisi.

"Bahwa sesungguhnya fase bodoh yang telah  kamu pilih itu membuat orang tua mu haus akan kesedihan, bukan haus akan prestasi yang akan kamu raih. Tatap awan diatas sana, kamu langkahkan dan lompati, setelah itu kamu akan menemukan jati diri kamu dan kemana kamu akan pergi. Ini bukan sebuah ilusi yang di buat John Lenon untuk menciptakan lagu Yesterday tapi ini sebuah akar yang di siram akan menjadi pohon tinggi lebat dan banyak buah yang bergantung di atas sana untuk diambil dan di makan oleh orang banyak"...

Aku termenung, dan berjalan kearah sana..

Dosen Itu!

Siang itu makin pekat, dan ini mata kuliah terakhir ku rasanya malas sekali. Pertimbangannya itu karena ini mata kuliah pokok jadi mau tidak mau ya aku harus ikuti di tambah 4sks, betapa membosankannya di kelas ini?

Huahhhh, menguaplah dari mulut ku.

"Kantin dulu aja yuk, Shen?" Ujar teman ku, Elif. Seseorang teman ku dari Tassikmalaya yang lucu dan menggemaskan namun menjengkelkan.

"Ayuk, Lif. Kamu belum makan toh?" Sahut ku sambil meremas tanggannya yang ukuran diameternya sangat besar karena badannya yang terlihat kurus jika dari atas lantai kampus ku ini yang berlantai 8... Hahaha

Dan kita jalan berdua kekantin, setibanya disana ternyata dosen 4sks ku itu ada disana. Jengkel sekali di benakku, huh.. menyebalkan aku sudah menunggu di atas teryata beliau malah asyik-asyikan mengobrol dengan dosen seniornya.

"Eh miss." Sahut Elif menegur dosen itu

"Iya lif, kamu mau ngapain? Saya mau naik." Jawabnya singkat

"Mau makan miss, habis miss lama sekali naiknya malah ngobrol disini waktunya terbuang sia-sia yang harus nya kita dapatkan penuh." Sahut kesalku.

Lalu ia pergi begitu saja meninggalkan kita dengan tampang kesal nya.

"Eh, Shen. Nanti miss nya marah loh sama kamu?" Tanya Elif dengan nada sedikit pelan dan mimik yang memerah

"Tidak apa-apa, Lif." Sahutku santai

Langsung saja kita makan dan 10 menit kemudian kembali kekelas. Setibanya dikelas, aku disuruh menjelaskan beberap materi yang ingin ia sampaikan, sedangkan Elif tidak. Padahal Elif pergi bersama ku.

"Shen, coba jelaskan materi ini." Sambil menunjuk kebuku itu.

"Iya miss." Singkat ku sambil memasang mimik kesal, tapi senang.

Setelah aku menjelaskan ia mengajukan beberapa pertanyaan!!!

"Membosankan sekali dosen ini"... Ujar diri ku pada diri ku.





Orang Aneh Itu!

Pagi ini aku bangun tepat pukul 06.00 WIB, ya seperti anak muda biasanya saja ketika bangun yang dicari paling pertama ya handphone genggamnya. Bukan begitu? Hehehe...
Lalu aku mencari nya dan ternyata dibawah bantal ku, begitu konyol nya hal itu. Sedangkan aku sebelum tertidur semalam aku masih menggenggam nya. Sesaat itu aku pegang mata ku masih tersanyut-sanyut, dan tak sadar ada 10 kali panggilan dan 20 pesan dari orang yang sama, siapa dia? Nomer nya tidak tertera di kontak handphone ku.

"Siapa dia?" Pertanyaan berputar-putar di dalam benakku...

Ku kucek sekali lagi retina mata ku, ternyata retina ku tak salah menyampaikan pesan ke otak ku.
Terus, siapa ini?

Ia mengirimkan pesan seperti ini :
"Dengarkan instrumen Yiruma, ia hebat jika berkenan ketika kamu membaca sebuah novel hasil karya Paulo Coelho."
Siapa ya orang yang tak tertera di handphone ku itu?

Lantas saja difikiranku mencari di youtube, siapa ya? Aku baru mendengar nama Yiruma itu, atau aku yang memang norak. Tanpa fikir panjang mata yang masih belekan ditambah cacing diperut ku sudah bergema.

wah... lagu itu....... dadaku berdetak tak seperti biasanya...*Aku terhening sejenak dan memutuskan mandi, lalu ingin membaca novel Paulo Coelho di iringi oleh instrumen kosong itu*...

Seberkas Senja

Pagi ini, aku memasuki sebuah puisi lama dan menemukan kau tak lagi disana.
Tatapanmu tak lagi sama, tak peduli meski hormon endorfin ku bekerja sempurna. Aku masih disini, berulangkali kubisikkan pada oksigen disekitar, barang kali mereka mau membantuku sehingga terhirup oleh mu sesak ini.
Semula, aku percaya, bahwa ini hanyalah ilusi. Mungkin efektorku salah menerjemahkan impuls yang diterima, membuat cerebrum ini bingung mana yang asli atau hanya fantasi. Entah mengapa, lidah ini kelu seolah olah kata kata yang keluar harus di ubah dahulu menjadi biner. Kau jauh, tapi dekat. Dapat digapai tapi tidak dicapai. Memori ini masih terlihat nyata, melukiskan bahwa kau masih disini dengan senyum disudut bibir kirimu, kau telihat manis seperti biasa. Sapaan mu masih terdengar jelas, terus ku reka ulang berharap kau lakukan lagi hal yang sama. Tapi tidak, kau pergi. Kau bukan dirimu atau aku yang bukan diriku. Yang jelas kita sudah tak seperti dulu. Bedanya, kau bisa pergi dengan suka cita dan aku tertinggalkan dengan luka. Lenyap sudah tawa, tangis yang dirangkai bersama, hanya cabik-cabikan  serpihan fatamorgana yang tersisa. Tak sanggup terima kenyataan ini, bahkan memikirkannya pun aku tak berani. Untuk mu disana, ku hadiahi kau seberkas senja hari ini, kau boleh terus masuk, mengalir disela butir darahku keluar masuk jantungku dan menyapa setiap sel ditubuhku.

Halaman Baru Ku!

Aku telah beranjak menuju halaman baru yang telah menjadi fase di dalam kehidupan ku selanjutnya. Kegerintingan, kecemasan, dan kebimbangan yang selama ini hilang sekarang sudah kutemui keberadaannya. Ini bukan soal bagaimana aku bisa menjelma menjadi buaya yang dapat hidup di air dan di darat atau seekor ular yang mempunyai bisa mematikan dan bisa menerkam mangsa nya dengan mudah bukan itu melainkan soal dimana aku bisa menjadi aku dan aku bisa menemukan aku. Merumitkan memang jika difikirkan hanya dengan naluri saja, apalagi semua kejanggalan itu bersifat fana. Aku mulai menelusurinya sejak sore kemarin, ditemani sebuah pulpen dan kertas putih nan suci yang akan menjadi saksi untuk fase ku selanjutnya tanpa ada sangsi di dalamnya. Aku adalah atlit batlit dulu semasa aku duduk di bangku sekolah menengah atas, keaktifan ku di bidang non-akademik mampu mengubah ku menjadi bukan aku dan kehilangan siapa aku dan jati diri ku? Ini bukan soal dimana aku dan kenapa aku memilih tapi berkaitan dengan kehilangan sejenak yang telah ku temui saaat ini.